The Ocean 'n Me
Learn, Do & Share. Tentang Pulau Kecil, Laut dan Pesisir kita.
Tuesday, June 11, 2013
Monday, June 10, 2013
BISAKAH PENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT BERJALAN TANPA PENDAMPINGAN
BISAKAH
PENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT BERJALAN TANPA PENDAMPINGAN
DAN DUKUNGAN YANG CUKUP DARI PIHAK TERKAIT?
PENDAHULUAN.
Ada
beberapa model untuk melakukan langkah strategi
untuk memenuhi kebutuhan pendampingan program tetapi hanya sedikit yang diarahkan secara spesifik untuk mempersiapkan suatu
bentuk pengelolaan berbasis masyarakat dan dirancang khusus
pada masyarakat sasaran. Setiap model atau perencanaan memiliki poin yang baik.
Apakah model tersebut dapat
berhasil atau tidak tergantung pada seberapa baik dan cocok bagi masyarakat di mana ia akan
digunakan. Apakah memang didesain untuk mengambil nilai-nilai yang ada di masyarakat memang menjadi pertimbangan? Apakah
pandangan masyarakat secara umum
atau cara mereka memahami
situasi, dipahami oleh mereka yang
merancang model kebutuhan pendampingan? Apa strategi komunikasi dan cara-cara yang dilakukan dalam
melibatkan anggota masyarakat yang akan
berhasil? Ketika pertanyaan ini dapat
dipahami dengan baik, jelas bahwa model yang dirancang
khusus untuk digunakan pada
masyarakat tertentu
harus dikembangkan. Adalah suatu langkah
yang keliru untuk menganggap bahwa cara pendekatan pada semua
masyarakat adalah sama.
Secara
tradisional, budaya asli di Indonesia
menempatkan kesejahteraan masyarakat sebelum kesejahteraan setiap individu atau
kelompok kecil. Nenek moyang kita bangga dalam berbagi sumber daya dan
memastikan bahwa berbagai potensi yang ada di
masyarakat ditempatkan
pada posisi terdepan untuk kepentingan terbaik bagi masyarakat. Membantu orang adalah milik budaya asli kita dan
dihormati oleh
keragaman di antara kita
Rasulullah
Saw bersabda terkait dengan penunaian hak-hak tetangga: "Barang siapa yang
mengganggu tetangganya maka Allah Swt akan mengharamkan bau surga
baginya." Atau pada sabdanya
yang lain, "Bukan dari golongan kami orang yang melanggar hak-hak
tetangganya."
Pria,
wanita, dan anak-anak serta Sesepuh
memiliki peran yang berbeda, tapi diperlukan untuk apa yang akan dilakukan di masyarakat.
Terkadang peran akan berubah dan kadang-kadang mereka akan melakukannya secara bersama.
Para anggota masyarakat dapat merasakan kepemilikan mereka dan juga dapat berkontribusi di dalamnya. Menyediakan diri untuk membantu orang lain, adalah suatu hal yang
sangat dihargai.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN KEBUTUHAN PENDAMPINGAN?
Sebuah
kebutuhan pendampingan pada dasarnya adalah
sebuah upaya untuk melibatkan seluruh komponen yang ada di suatu masyarakat untuk membawa mereka dapat
melihat apa yang dibutuhkan atau apa
yang telah hilang dalam
kehidupan mereka, lalu
bekerja sama untuk memperbaiki atau meningkatkan penanganan masalah yang teridentifikasi. Sebagai pembelajaran awal untuk dapat menginspirasi, hal
ini dapat kita mengambil contoh dalam
bagaimana kita cara melihat rumah kita sendiri, untuk memutuskan apa yang perlu perbaikan atau
perubahan. Kemudian bagaimana anggota keluarga kita memutuskan apa yang
dibutuhkan untuk melakukannya.
Sebuah kebutuhan pendampingan yang dilakukan
pada suatu masyarakat adalah bagaimana melibatkan
masyarakat untuk melihat kemudian memutuskan
apa yang dibutuhkan bagi suatu bentuk
pengelolaan yang lebih baik. Sebuah kebutuhan
pendampingan menawarkan gambaran tentang apa yang terjadi atau dibutuhkan dalam
sebuah komunitas. Hal ini dapat dilakukan pada satu ide atau sejumlah topik
yang melibatkan partisipasi
masyarakat secara keseluruhan.
Sebuah
kebutuhan pendampingan yang tidak mengarah
pada bentuk penanganan yang berbasis masyarakat adalah dalam gambaran sebagai berikut : mungkin
langkah perubahannya datang
dari orang luar atau kelompok dan dilakukan oleh orang atau kelompok eksternal
juga. Dalam hal ini, keputusan tentang bagaimana
harus menilai dan bagaimana menilainya
juga dibuat oleh pihak eksternal.
Jenis
kebutuhan pendampingan seperti di atas dapat saja meningkatkan kondisi masyarakat dalam waktu sesaat semasa program berjalan
tetapi tidak pernah bisa disebut kebutuhan pendampingan yang dimaksudkan bagi suatu bentuk pengelolaan yang berbasis
masyarakat.
APAKAH KEBUTUHAN PENDAMPINGAN BAGI BENTUK PENGELOLAAN BERBASIS
MASYARAKAT
BERBEDA?
Jadi,
apa jenis kebutuhan pendampingan bagi
suatu bentuk pengelolaan berbasis masyarakat?
Sebuah
kebutuhan pendampingan bagi pengelolaan berbasis
masyarakat membutuhkan
partisipasi masyarakat pada setiap tahapannya.
Gagasan untuk pendampingan masyarakat
lahir dari masyarakat atau setidaknya
diadopsi pada tahap awal dimana masyarakat
benar-benar merasa itu adalah kebutuhan
mereka. Bahkan jika stakeholder menyampaikan ide karena mereka
juga menginginkan pendampingan itu dapat dilakukan dan juga dapat memberikan kontribusi,
seluruh informasi yang dibutuhkan tetap bersumber dari masyarakat
sebelum melanjutkan pada tahapan berikutnya.
Dalam beberapa
kasus, ada masyarakat lokal yang secara mandiri menunjukkan bahwa ada
sesuatu yang ingin diubah atau diperbaiki dan mulai berbicara tentang bagaimana
untuk mewujudkannya. Dan dalam kasus seperti
ini, seluruh stakeholders seyogyanya telah dapat berpartisipasi sejak tahapan
awal mulai dilakukan.
Ada
sejumlah cara untuk melakukan kebutuhan pendampingan bagi terealisasi suatu bentuk pengelolaan berbasis
masyarakat di komunitas tertentu.
Diagram berikut ini menggambarkan proses
budaya terbentuk, dan bagaimana terjadinya pembentukan
baru, budaya yang kuat, yang akan berlangsung dalam waktu panjang.
Dalam
ilustrasi di atas,
masyarakat adalah pusat dari segala sesuatu yang dilakukan dalam kebutuhan pendampingan bagi terealisasinya bentuk pengelolaan berbasis
masyarakat. Ini menunjukkan hubungan antara dua bagian utama dari kebutuhan
pendampingan yakni :
orang-orang yang terlibat di dalamnya dan tugas, atau pekerjaan yang perlu
dilakukan.
Dalam melaksanakan kebutuhan
pendampingan dalam merealisasikan
suatu bentuk pengelolaan berbasis masyarakat, semua
bagian akan berjalan dan
berinteraksi satu sama lain. Kadang-kadang satu bagian tertentu akan lebih
penting daripada yang lain, tetapi semua hal penting
bagi proses dan hasilnya - dalam mengidentifikasi apa yang
dibutuhkan untuk melakukan suatu
perbaikan di masyarakat. Hal ini tidak sulit bagi mereka
dengan pandangan holistik bila
melihat hubungan antara hati
dan kepala. Ini adalah hubungan antara emosi dan akal kita, seperti pernyataan seorang ahli berikut ini :
Unto itself the intellect is a sacred gift of the Creator, but equally,
without an open, visionary, and creative heart, there is no wisdom. Both the
mind and heart are sacred. Both are inseparably connected.
— Phil Lane Jr.
Terjemahannya :
Secara terpisah, intelektual
adalah sebuah hadiah suci dari Sang Pencipta, namun sejalan dengan itu, tanpa
membukanya, memiliki visi, dan dengan hati yang kreatif, tidak akan ada hikmah
darinya. Keduanya : kecerdasan (kepala) dan hati adalah hal yang suci
(misterius) . Keduanya terhubung tak terpisahkan.
- Phil Lane Jr
GAMBARAN KEBUTUHAN
PENDAMPINGAN DALAM PROGRAM.
Dari uraian di atas, untuk dapat lebih jelas mengetahui
tentang kebutuhan pendampingan bagi terealisasi suatu bentuk pengelolaan
berbasis masyarakat, kita mencoba menguraikan beberapa program yang dijalankan
:
·
PROGRAM SANITASI DAN
KESEHATAN MASYARAKAT.
Dalam suatu kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman
dan kepedulian sangat rendah tentang arti pentingnya kesehatan. Kebiasaan BABS
yang sudah dilakukan secara turun temurun beberapa generasi tetap saja tidak
nampak ada upaya untuk menggantikannya dengan kebiasaan yang lebih baik,
walaupun faktanya masyarakat desa itu dalam musim tertentu (musim hujan)
seringkali terkena wabah muntaber yang mengakibatkan beberapa warganya
meninggal dunia. Dalam kondisi seperti ini, ketika ada program sanitasi yang
datang ke desa tersebut, tentunya tidak hanya sesederhana dalam bentuk
membangunkan mereka WC/Jamban lalu berharap masyarakat akan menggunakannya dan
berhenti melakukan BABS. Masyarakat membutuhkan pendampingan panjang yang
berproses untuk bagaimana kebiasaan buruk itu benar-benar mereka pahami dan
sungguh-sungguh juga ingin meninggalkannya, kemudian ada upaya keras mereka
untuk beralih pada kebiasaan yang lebih baik. Disinilah nampak jelas tentang begitu
dibutuhkannya sebuah pendampingan untuk menuju kondisi masyarakat yang mampu
mengelola sendiri masalah kesehatan mereka secara keseluruhan masyarakat yang
ada di desa. Ironisnya, program berjalan dalam bentuk praktis seperti di atas
yang hanya membangunkan WC/Jamban di desa kemudian tidak dilanjutkan lagi
dengan tahapan berikutnya, saat ini masih berjalan di banyak tempat di Indonesia.
·
PROGRAM PENGELOLAAN
PESISIR DAN KELAUTAN.
Permasalahan Pesisir dan Kelautan di Indonesia sudah
demikian komplek. Panjang pantai yang begitu luas dan pulau-pulau kecil yang
kosong yang begitu banyak, tentunya sangat membutuhkan suatu bentuk pengelolaan
yang baik. Dan tidak dapat dipungkiri, bahwa pengelolaan itu diharapkan dapat
dijalankan oleh masyarakat lokal. Namun kalau melihat realita yang ada, masih
banyak sekali kesenjangan yang ada di masyarakat lokal untuk mampu mengelola
sesuai dengan yang diharapkan. Hal yang tidak terbantahkan lagi, bahwa
kebutuhan pendampingan panjang oleh pihak-pihak / tenaga-tenaga berpengalaman
sangatlah dibutuhkan. Logikanya, bahwa harapan untuk pengelolaan berkelanjutan
berbasis masyarakat itu dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Ikhtiar / upaya
yang baik dan benar, insha Allah akan ada kemudahan untuk merealisasikan
harapannya.
Akhirnya, semoga paparan ini telah dapat memberikan
gambaran yang jelas pada kita semua untuk dapat menjawab judul di atas. Suatu
pemahaman yang dapat kita jadikan sebagai bahan evaluasi dan pembelajaran
terhadap program-program yang telah dilaksanakan. Wallahualam
Semoga bermanfaat. (BOEN-JARI)
Tuesday, May 21, 2013
RPP SEBAGAI JALAN KELUAR BAGI PENGELOLAAN PERIKANAN, ANTARA PROSES & DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN???
RPP SEBAGAI JALAN KELUAR BAGI PENGELOLAAN PERIKANAN,
ANTARA PROSES & DOKUMEN YANG DIBUTUHKAN???
RPP (rencana pengelolaan
perikanan) oleh sebagian orang telah dijadikan sebagai sebuah dokumen jalan
keluar dari realita pengelolaan perikanan yang carut-marut di negeri ini.
Walaupun dalam berbagai pertemuan kita telah sering membincangkan tentang lebih
penting mana hasil dibanding dengan proses, alhasil boleh jadi pemahamannya
hanya berbelok seperti memperdebatkan lebih dulu mana telur atau ayam. Sungguh
merupakan sebuah perdebatan yang tidak akan berujung, karena baik pemilih telur
maupun pemilih ayam, masing-masing akan bertahan dengan alasan masing-masing.
RPP memang merupakan sebuah
dokumen penting untuk menjadi acuan semua pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam menjalankan peran dan tanggung-jawab masing-masing pada suatu bentuk
pengelolaan perikanan, tentunya untuk menuju pada suatu model perikanan yang
baik, perikanan yang berkelanjutan. Namun suatu hal yang perlu juga kita pahami
bersama, bahwa idealnya RPP itu jangan dipahami sebagai kebutuhan sebuah
dokumen tertulis semata seperti juga yang terjadi dengan banyaknya aturan yang
telah dikeluarkan Pemerintah yang awalnya diyakini adalah sebagai sebuah dokumen yang sangat diperlukan.
Ternyata dikeluarkannya aturan itu tidak juga dapat menjadi acuan yang efektif
karena permasalahan yang terjadi yang menjadi alasan dikeluarkannya aturan
tersebut tetap saja terjadi. Jadi proses untuk dapat tersusunnya RPP yang
efektif dapat berjalan adalah juga sangat penting untuk sungguh-sungguh dan
terukur untuk dilakukan.
Mengambil pembelajaran dari
sebuah lokakarya Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) yang pelaksanaannya
menentukan tujuannya adalah sebagai berikut ;
(1) memperbaiki kondisi pengelolaan perikanan di
lokasi tertentu melalui pembentukan kesepakatan-kesepakatan pengelolaan
perikanan yang disusun dalam rencana/strategi pengelolaan perikanan.
(2) menyempurnakan Draft
Rencana Pengelolaan Perikanan sebagai kerangka acuan pengelolaan perikanan di
masa mendatang.
Sedangkan sasaran yang ingin
dicapai adalah :
(1) Terfokusnya arah
pengelolaan perikanan di perairan lokasi tersebut yang disusun dalam Rencana
Pengelolaan Perikanan yang disempurnakan, dan
(2) Tersusunnya RPP lokasi
tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan perikanan yang
bertanggungjawab.
Kalau mengambil pembelajaran pada tujuan dan sasaran
lokakarya RPP di atas, kita dapat melihat bahwa proses yang dibutuhkan untuk
dilakukan adalah sebuah hal yang sangat penting dan juga bahwa dalam proses itu
tidak dapat mudah ditentukan pasti hanya melalui satu pertemuan, dua pertemuan,
atau pun tiga pertemuan dan seterusnya. Namun proses itu sendirilah yang akan
mengajarkan seluruh stakeholders dapat memahami akan memerlukan tahapan seperti
apa.
Wallahualam
Friday, April 12, 2013
MARINE RESEARCH ECOTOURISM
Research Diving.
Researchers in oceanography and marine
biology create scuba diving jobs to assist them in collecting data. This type
of diver might have additional schooling that allows them to identify and
collect species, make detailed habitat observations, measure current and
temperature, etc. In marine science, field workers might study endangered
tortoises, fish, or coral populations. In environmental science, they can work
to protect ocean ecology or better understand global warming.
There aren’t really any jobs
dedicated to just conducting underwater research. Individuals working in marine
science fields use their diving training to help them in their research and go
further in their ability to collect data.
Work activities-Taking pictures underwater
-Collecting species and specimens’ underwater
-Recording data based on observations underwater
-Measuring elements underwater
-Collect data for the purpose of conservation
-Performing tests in labs using the data collected
-Recording and deciphering test data
The establishment of the above individuals will be able to get by following the activities with JARI Foundation, the local NGO in Lombok - Indonesia. This activity will be done in the northern coast of Sumbawa Island start from Saleh Bay to northern coast of the island of Lombok. The research activity is intended for anyone who is interested in doing it, packaged in the form of ecotourism that will often connected with some local fisherman communities and stays in small islands in the area. There are some wooden boat ready to take you in a small group (maximum of 10) to explore the area with a various duration of time.
Friday, January 11, 2013
Partai Jalan Buntu
-->
Begitu rumitnya ternyata manusia memainkan teorinya untuk tegaknya jalan menuju kondisi negeri yang mereka katakan “idaman”. Mereka beradu dalam berbagai visi dan misi bendera masing-masing. Bahkan, saat asyik mengkampanyekan tentang ide tipu-tipu itu, mereka tinggalkan amanah ilmu yang ada pada mereka masing-masing, juga lupa pada teori dari Allah SWT yang merupakan satu-satunya petunjuk yang paling haq.
Maka dengan semangat motto Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu, yang kemudian dianalogkan dengan perbedaan mimpi yang berjumlah lebih dari 40 itu tapi tujuan tetap satu jua, MENANG dalam pemilihan dan duduk di kursi panas sebagai anggota Legislatif.
Selanjutnya, dalam langkah menuju dan setelah proklamasi “keunggulan” mereka masing-masing, mungkin tak satu pun dari mereka melalui media, berani dengan lantang bersuara :
“ saya bersaksi, bahwa sesungguhnya penjajahan di atas negeri ini harus dihapuskan. Tidak boleh ada lagi dan harus dibasmi bentuk penjajahan aparat polisi dan atau militer pada rakyat dalam bentuk apa pun juga”
“saya bersaksi, bahwa sesungguhnya kebiasaan berzina dan korupsi yang dilakukan para pejabat dan atau para sekutunya serta individu sehobby dalam masyarakat yang lain, jelas memberi kontribusi besar pada kerusakan negeri yang akut sehingga harus pula dibasmi dengan cara yang tegas dan keras ”
So siapa yang senang dan siapa pula yang berang???
Wallahualam.
Sunday, December 16, 2007
Tuesday, December 4, 2007
COMMUNITY PARTICIPATE RESEARCH (CPR)
COMMUNITY PARTICIPATE RESEARCH (CPR)
|
IN PERCEPTION & ASPIRATION.
PENDAHULUAN.
Pemikiran tentang suatu keberlanjutan telah mewarnai pada banyak program yang dijalankan di dunia, tidak terkecuali
negeri kita tercinta, Indonesia. Ironisnya, ketika berpikir tentang Indonesia,
yang kita khawatirkan bersama adalah tentang pembelajaran yang dapat diambil
dari berbagai program yang telah dijalankan selama ini, yang kemudian dapat dijadikan semacam sindiran : apakah kata
keberlanjutan itu hanyalah sebuah slogan agar projeknya yang berkelanjutan,
atau apakah kemiskinan masyarakat sasaran itu yang ingin dipertahankan
keberlanjutannya?
Kalau melihat hasil dari sebuah pelaksanaan program, seringkali pelaksana program terkesan
menemukan hal yang significant tentang banyaknya kelompok yang telah dibentuk,
luasnya status areal yang telah dikelola secara baik dan begitu banyaknya
pertemuan yang telah diselenggarakan. Namun ketika melihat faktanya, kita jadi
bertanya: mengapa tidak nampak ada perubahan yang significant terhadap apa yang
dikatakan berkelanjutan itu?
Layaknya sebuah perdebatan tentang lebih penting mana hasil atau
proses, boleh jadi adalah sebuah perdebatan yang tidak ada ujungnya apalagi
bila sudah dibumbui teori akal masing-masing dan tidak mau menggunakan rujukan
yang sama. Disinilah akan nampak tentang begitu pentingnya sebuah pembelajaran
sesuai tuntunan yang kita ketahui “bacalah”. Pembelajaran tentang bagaimana
kita semua yang berawal dari seonggok orok yang tidak berdaya apa-apa, kemudian
tumbuh besar dari sebuah proses begitu banyaknya “pembelajaran” yang terjadi.
NAMA
KEGIATAN
Kegiatan ini bernama ; Community Participative Research (CPR) in
Perception and Aspiration, yakni sebuah kegiatan yang mengajak pesertanya untuk
belajar dan berpartisipasi aktif melakukan suatu penelitian bersama tentang suatu
permasalahan yang dialaminya. Penelitian
CPR ini memberikan analisis dari faktor utama dan variabel persepsi yang
dimiliki oleh masyarakat pada suatu desa / dusun dari posisi mereka dalam kaitannya dengan
pengelolaan sumber daya alam yang inklusif dan berkesinambungan. Penelitian ini
dimaksudkan untuk kontekstualisasi dan membimbing identifikasi pendekatan
desain yang tepat dan efektif untuk proyek yang akan datang untuk penerapan JARI dalam kemitraan dengan berbagai pihak baik
Pemerintah, Perguruan Tinggi, Swasta dan LSM yang bertujuan untuk
mendukung mata pencaharian yang berkelanjutan. Temuan terpilah oleh peran dari CPR akan memandu desain dan identifikasi komunitas yang tepat
memimpin proyek penguatan mata pencaharian sekitar lokasi kegiatan, kemudian diidentifikasi secara lokal bagi wanita dan pria. Melalui
CPR ini dimaksudkan untuk 'memulai dari mana masyarakat berada' sambil menganalisa untuk mengambil pendekatan kekuatan berbasis yang mendukung
kelompok-kelompok yang ada dan hubungan
di antaranya dalam memajukan pengelolaan
sumber daya alam yang inklusif dan berkesinambungan. Laporan dari penelitian ini juga nantinya
diharapkan dapat memberikan kontribusi data
dasar untuk evaluasi proyek. Kegiatan CPR dilakukan pada masyarakat di seluruh lokasi program. Peserta dibagi dalam kelompok, berbagi dan dipadukan
dalam beragam informasi yang berkaitan dengan persepsi mereka tentang isu-isu
sumber daya alam, tanah dan kekuasaan pengambilan keputusan dan akses, harapan
untuk masa depan, organisasi dan kapasitas untuk perubahan masyarakat.
Berbagai temuan penelitian muncul berkaitan dengan kompleksitas
tantangan yang dihadapi masyarakat. CPR mengungkapkan bahwa ada berbagai macam
isu-isu tentang perempuan dan laki-laki pada komunitas tertentu, namun juga
menunjukkan beberapa masalah yang
tersebar di masyarakat dan daerah.
TUJUAN PENELITIAN.
- Mengajak para peserta untuk berpartisipasi secara
aktif memberikan informasinya pada peserta lainnya.
- Mencoba sebuah contoh model proses komunikasi yang
baik untuk diterapkan dalam kelompok masyarakat.
- Memberikan sebuah model pembelajaran terhadap suatu
permasalah yang sedang dialami / sedang terjadi di masyarakat.
HASIL YANG DIHARAPKAN.
- Data aktual dari sebuah proses yang berjalan secara
nyata.’
- Masyarakat dapat lebih menyadari tentang kondisi
yang sedang mereka alami dan mau untuk memikirkan tentang solusi yang
harus dilakukan serta mewujudkan harapan yang mereka butuhkan.
- Komunikasi antar komponen yang ada di masyarakat
dapat terjalin dengan baik dan dapat mencairkan kebekuan / ketidakpedulian
antar sesama mereka selama ini.
- Jalur persepsi dan aspirasi mereka akan dapat
terekam secara benar.
TEHNIS PENERAPAN MODEL
PENELITIAN.
GOOD
|
FAIR
|
BAD
|
WORSE
|
WORST
|
EXP.
|
|
PAST
|
||||||
NOW
|
||||||
FUTURE
|
Indicator samples:
GOOD
|
FAIR
|
BAD
|
WORSE
|
WORST
|
PENJELASAN
:
- Untuk mengisi masing-masing kolom di atas, kita
dapat menggunakan warna atau pun tanda / simbul yang lebih dipahami oleh
peserta. (lihat contoh di atas).
- Kolom keterangan adalah bagian informasi penting
yang menguatkan kolom sebelumnya. Kolom keterangan ini yang akan
menjelaskan lebih luas tentang mengapa hal itu terjadi, siapa pelakunya, apa
upaya yang telah dilakukan selama ini, dan apa yang harus dilakukan, serta
bagaimana dan kapan.
- Topik bahasan untuk mengisi kolom ini juga bisa
bermacam-macam sesuai yang dibutuhkan, atau berganti dalam kita mencermati
situasi peserta yang ada, beberapa contoh topik bahasan yang dapat
dikemukakan sebagai gambaran adalah sebagai berikut :
_ Masalah kondisi lingkungan.
_ Masalah kondisi perikanan tangkap masyarakat.
_ Masalah kondisi ekonomi dan kehidupan masyarakat.
_ Masalah kesehatan masyarakat.
_ Masalah pendidikan.
_ Masalah kepemimpinan
_ Masalah kepemilikan lahan
_ Dan seterusnya.
- Dalam suatu pertemuan yang terdiri dari berbagai
komponen masyarakat yang berbeda, maka peserta dapat dibagi dalam 3
kelompok dan masing-masing kelompok akan mendiskusikan topik yang berbeda.
- Masing-masing kelompok kemudian akan
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan harus berusaha
mempertahankan argumen kelompoknya dengan memberikan penjelasan detail,
namun mereka juga harus membuka diri untuk menerima masukan dan saran bagi
perbaikan informasi kelompoknya dari kelompok lain.
- Di akhir proses pembelajaran (penelitian) ini, para
peserta diwajibkan untuk dapat menuliskan aspirasi mereka dari proses
diskusi tersebut. Aspirasi ini dapat dilakukan dalam bentuk :
è Menuliskannya dalam form yang sudah disiapkan.
è Menuliskannya dalam kertas metaplan yang sudah disiapkan lalu
menempelkannya pada tempat yang sudah disiapkan juga;
è Memilih kertas metaplan yang sudah bertuliskan,
membacanya dengan suara keras, lalu menempelkannya.
è Aspirasi ini dapat dipandu dengan beberapa pertanyaan
yang akan membantu mereka :
Ø Tindakan / kegiatan apa yang harus kita lakukan
Ø Kapan kita akan melakukannya
Ø Siapa yang akan melakukannya
Ø Dimana
Ø Mengapa
Ø Bagaimana cara agar tindakan itu dpt terealisasi
NOTE :
- Team fasilitator akan menganalisa hasil penelitian
tersebut kemudian menyusunnya ke dalam laporan hasil penelitian.
- Skema matrik ini dapat memberikan informasi dan
pembelajaran yang banyak pada para peserta apabila mereka semua serius
ingin mendapatkan pembelajaran itu. Hal itu membutuhkan untuk diawali
dengan bagaimana memberikan motivasi pada mereka agar mau memberikan
informasi yang diketahuinya secara benar tanpa perlu malu pada peserta
lainnya atau pun takut
BOEN - JARI (JUANG LAUT LESTARI)
Subscribe to:
Posts (Atom)