Tuesday, June 11, 2013

PERDAGANGAN KARANG & TUDUHAN SEBAGAI PERUSAK KARANG

Saya mencoba menghimpun dari kronologis berbagai pertemuan yang membahas tentang terumbu karang. Lalu saya juga mencoba searching di internet tentang kegiatan apa saja yang telah menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu karang.
Tidak ada dalam item penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang yang saya temukan  adalah akibat dari aktifitas pengambilan karang untuk kebutuhan export karang ornamental .
Uniknya dari berbagai pertemuan baik diskusi maupun lokakarya tentang karang, seringkali diperdebatkan bahwa pengambilan karang untuk kebutuhan export karang ornamental ini  disebutkan sebagai penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang.  Mengapa kondisi seperti itu terjadi ??
            Sejauh ini memang saya juga kurang cukup mendapat informasi tentang klarifikasi dari asosiasi yang memanfaatkan karang ini sebagai salah satu komoditi dagangan mereka ke luar negeri yakni : AKKHII (Asosiasi Karang Kerang dan Ikan Hias Indonesia). Asumsi saya kalau klarifikasi dari mereka selama ini tidak cukup dapat menenangkan kekhawatiran banyak pihak yang mempermasalahkannya, maka kita patut bertanya kembali tentang kebenaran tuduhan itu.
Mari kita simak pernyataan KKP sie. Ditjen KP3K berkaitan dengan hal ini
Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pemanfaatan karang hias secara lestari adalah:
  1. Terumbu karang yang luas dan keberadaannya tersebar di perairan Indonesia.
  2. Belum tersedianya socara lengkap informasi mengenai biologl don okologi karang yang diperdagangkan, soperti kelimpahan, kecepatan pertumbuhan, dan kemampuan peremajaan.
  3. Jumlah petugas yang tidak momadai untuk menangani masalah perdagangan karang hias.
  4. Pemahaman akan perdagangan karang hias yang tidak merata di antara petugas atau pihak terkait lainnya.
  5. Tidak adanya alokasi dana untuk pengololaan perdagangan karang hias, terutama untuk pengawasan dan pemantauan .
Menyadari pada hal-hal di atas Ditjen KP3K juga mengatakan,bahwa :
_  Pemanfaatan karang hias untuk tujuan perdagangan perlu dikelola sebaik-baiknya agar dapat memperkecil kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat mengarah pada punahnya karang jenis tertentu serta rusaknya ekosistem terumbu karang secara menyeluruh.
_  Berkaitan dengan munculnya paradigma baru tentang pengelolaan terumbu karang yang menekankan agar pengelolaan terumbu karang harus berbasis masyarakat dan berkelanjutan, maka sebaiknya pemanfaatan dan pengelolaan karang hias juga melibatkan masyarakat nelayan setompat.
Dua point kesadaran ini berdasarkan pada daftar permasalahan yang diuraikan sebelumnya, sebenarnya dapat dikatakan bahwa kita telah tahu apa yang harus kita lakukan.  Namun tentunya kita juga sepakat, bahwa kondisi ini masih semacam wacana saja dan hingga saat ini belum ada langkah konkrit yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk dapat menjawab permasalahan di atas dan juga melakukan langkah nyata sesuai point kesadaran yang disampaikan.
            Dampaknya, sudah dapat kita perkirakan bila kita menyimak dengan baik uraian di atas. Semua hal yang kita khawatirkan sungguh dapat terjadi secara nyata yang kita pun belum dapat menjawabnya kapan hal ini dapat berubah lebih baik, sebut saja :
è Tuduhan terhadap pengambilan karang hias akan terus diklaim sebagai penyebab rusaknya Terumbu Karang.
è Peluang pemberdayaan masyarakat nelayan dalam pemanfaatan karang lestari belum akan terjadi, karena mungkin masih menunggu dibahas parlemen yang sebagian besar anggotanya tidak memahami permasalahan.
è Kemelut antara Management Authority, Scientific Authority, dan Pemerintah Daerah tetap akan terus terjadi, karena masing-masing belum ingin di depan untuk langkah solusinya dan masih balik badan menghitung angka kalkulator dan model game yang akan dimainkan (antara takut dan kesempatan rupiah mungkin), karena untuk dikatakan paham, bahan acuan di atas sudah bisa dijadikan dasar melangkah.
è Perusahaan eksportir tetap berpeluang untuk ‘bermain’ karena mereka memahami ada banyak tersedia ‘play ground’ untuk itu.
è Aktifis LSM dan pemerhati lingkungan akan terus tereak dan bertanya : Why?
Alhasil kita masih menunggu,                                                                                                   Semoga jelas juga apa yang kita tunggu.                                                                               Semoga juga yang ditunggu tahu kalau dia ditunggu.

Let’s do something .....
Boen – JARI (Juni 2013)




No comments: